( Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi )
Jambi, 29 Juni 2024 - Selama beberapa dekade, Indonesia telah
berupaya keras untuk menyesuaikan sistem pemilihan umum dengan perubahan zaman
dan tuntutan demokrasi yang berkembang. Meskipun telah ada berbagai upaya
reformasi, sistem pemilu yang ada saat ini masih menghadapi berbagai masalah
serius yang dapat merusak kualitas demokrasi dan representasi rakyat. Kini
saatnya untuk melakukan evaluasi mendalam dan reformasi sistem pemilu agar
menjadi lebih adil dan efektif.
Masalah utama dalam sistem pemilu kita adalah penggunaan metode
distrik tunggal (first-past-the-post) dalam pemilihan legislatif. Metode ini
menetapkan bahwa calon yang memperoleh suara terbanyak di daerah pemilihan akan
terpilih tanpa memperhitungkan persentase suara yang diterima oleh calon atau
partai lain. Akibatnya, representasi di parlemen sering kali tidak mencerminkan
dukungan pemilih secara keseluruhan, mengabaikan suara partai-partai kecil dan
kelompok minoritas.
Berpindah ke sistem pemilu proporsional dapat menjadi
solusi yang lebih adil. Dalam sistem ini, kursi di parlemen dialokasikan
berdasarkan persentase suara yang diperoleh setiap partai. Dengan cara ini,
partai yang mendapatkan dukungan lebih besar akan memperoleh jumlah kursi yang
sesuai, menjadikan representasi di parlemen lebih mencerminkan dukungan
pemilih. Sistem proporsional juga berpotensi meningkatkan keberagaman di
parlemen dengan mencerminkan demografi dan kepentingan masyarakat secara lebih
akurat.
Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan merupakan masalah
serius yang merusak integritas pemilihan umum di Indonesia. Kurangnya
transparansi dalam proses pemilu, dari pencalonan hingga penghitungan suara,
membuka peluang untuk praktik-praktik yang tidak etis. Masalah ini merusak
kualitas demokrasi dan menurunkan kepercayaan publik terhadap sistem politik
yang ada.
Penggunaan teknologi yang mendukung transparansi dan
akuntabilitas sangat penting untuk mengatasi masalah ini. Implementasi sistem
pemungutan suara elektronik yang aman dan transparan dapat membantu mengurangi
risiko kecurangan dan memastikan hasil pemilu yang lebih akurat. Pengawasan
independen oleh lembaga non-pemerintah atau masyarakat sipil yang kredibel juga
perlu diperkuat untuk memastikan bahwa seluruh proses pemilu berlangsung dengan
adil dan transparan.
Rendahnya tingkat partisipasi pemilih sering kali
disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai proses pemilu dan calon yang ada.
Untuk meningkatkan partisipasi, pendidikan pemilih yang efektif sangat
diperlukan. Informasi mengenai calon, partai politik, dan mekanisme pemilihan
harus disajikan dengan jelas dan dalam format yang mudah diakses oleh semua
lapisan masyarakat. Kampanye edukasi pemilih yang komprehensif akan membantu
mengurangi kebingungan dan ketidakpastian, serta mendorong pemilih untuk
berpartisipasi lebih aktif dalam proses demokrasi.
Peran partai politik dalam sistem pemilu sangat penting,
tetapi sering kali mereka terjebak dalam praktik yang tidak transparan dan
inklusif. Proses pencalonan calon legislatif sering kali didominasi oleh
kepentingan elit, tanpa memberikan cukup ruang bagi calon dari latar belakang
yang beragam. Reformasi dalam partai politik diperlukan untuk meningkatkan
transparansi dan inklusivitas dalam proses pencalonan. Proses pencalonan harus
lebih terbuka, memberikan kesempatan yang adil bagi calon dari berbagai latar
belakang untuk bersaing, serta memastikan pengelolaan dana kampanye yang
transparan dan akuntabel.
Aksesibilitas pemungutan suara adalah isu penting yang
sering kali terabaikan. Banyak pemilih, terutama yang tinggal di daerah
terpencil atau memiliki disabilitas, menghadapi kesulitan dalam mengakses
tempat pemungutan suara. Peningkatan aksesibilitas harus menjadi prioritas
utama dengan menyediakan lebih banyak lokasi pemungutan suara yang mudah
dijangkau serta fasilitas yang ramah penyandang disabilitas. Teknologi seperti
pemungutan suara jarak jauh atau pemungutan suara melalui pos juga dapat
membantu memastikan bahwa semua pemilih memiliki kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pemilu, tanpa memandang lokasi atau kondisi mereka.
Partisipasi masyarakat dalam proses pemilu seharusnya
tidak terbatas pada hari pemilihan saja. Masyarakat perlu terlibat dalam
berbagai tahap proses pemilu, termasuk pengawasan, diskusi kebijakan, dan
evaluasi hasil pemilu. Menciptakan mekanisme yang memungkinkan masyarakat
terlibat secara aktif sangat penting untuk memastikan bahwa beragam kepentingan
dan pandangan dipertimbangkan dalam proses pembuatan kebijakan dan pelaksanaan
pemilu. Forum diskusi publik, survei pasca-pemilu, dan program pengawasan
pemilu berbasis masyarakat adalah beberapa cara untuk melibatkan masyarakat
secara lebih luas.
Dikutip dari Perludem, reformasi partai politik
harus menekankan pada dua hal. Pertama, ketentuan hukum apa yang harus diubah
dalam undang-undang partai politik dan pemilu. Kedua, melalui kewenangan
lembaga negara mana perubahan ini harus dilakukan.
Reformasi sistem pemilu merupakan langkah krusial untuk
meningkatkan kualitas demokrasi dan memastikan representasi yang adil bagi
semua warga negara. Melakukan transisi menuju sistem pemilu proporsional,
meningkatkan transparansi, menyediakan pendidikan pemilih yang lebih baik,
mereformasi partai politik, memperbaiki aksesibilitas pemungutan suara, dan
mendorong partisipasi masyarakat adalah langkah-langkah penting untuk menciptakan
sistem pemilu yang lebih adil dan efektif.
Proses reformasi ini memerlukan komitmen dari semua
pihak—pemerintah, partai politik, lembaga pemantau, dan masyarakat sipil.
Dengan upaya bersama, kita dapat membangun sistem pemilu yang lebih baik dan
memperkuat demokrasi di Indonesia. Sistem pemilu yang lebih baik akan
memperkokoh demokrasi, menjadikannya lebih adil dan representatif, serta
memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh masyarakat.