Jambinews.id - Fenomena krisis literasi mencerminkan pergeseran penting terhadap pendekatan literasi pada generasi muda, khususnya generasi Alfa yang tumbuh dalam era digital.
Bisa dibilang Generasi Alfa adalah adik dari Generasi Z. Kelompok yang masuk ke dalam Gen Alfa adalah mereka yang lahir di tahun 2010 sampai 2025, dan tumbuh dalam lingkungan yang dibanjiri kemajuan teknologi, mulai dari perangkat mobile hingga akses internet yang luas.
Hal ini melatarbelakangi munculnya tantangan literasi digital bagi Gen Alfa. Literasi tidak lagi hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan untuk menavigasi, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang ditemukan secara online.
Kehadiran Perpustakaan Digital Perpustakaan digital muncul sebagai solusi yang relevan dan strategis untuk mendorong minat serta kemampuan literasi di kalangan Gen Alfa.
Perpustakaan digital tidak hanya menyediakan akses mudah dan cepat ke berbagai materi bacaan, tetapi juga memungkinkan anak- anak untuk belajar menggunakan teknologi dengan bijak dan kritis. Melalui perpustakaan digital, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan pencarian informasi, evaluasi sumber, dan analisis yang diperlukan untuk menghadapi tantangan literasi di era digital.
Ada beberapa perpustakaan digital khusus anak-anak di Indonesia yang dapat menjadi sarana dalam mendorong literasi.
1. e-Library Erlangga, solusi bagi sekolah atau institusi pendidikan yang ingin membangun perpustakaan digital sesuai kebutuhan.
2. Kitabisa Baca, merupakan inisiatif dari Kitabisa.com yang menyediakan akses gratis ke koleksi buku digital untuk anak-anak.
3. Gramedia Digital, gramedia menyediakan platform digitalnya dengan koleksi buku anak- anak dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
4. Makasaka Kids, platform ini menyediakan buku cerita anak-anak dalam bentuk digital yang dapat diakses secara gratis.
5. iPusnas, PerpusNas memiliki platform digital yang menyediakan akses ke koleksi buku anak- anak secara online.
Perpustakaan digital dapat menyesuaikan pengalaman membaca sesuai dengan minat dan tingkat keterampilan individu, memastikan bahwa setiap anak mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Tantangan Perpustakaan Digital Namun, meskipun perpustakaan digital menawarkan banyak potensi positif, tantangan pun muncul. Salah satunya adalah kesenjangan akses. Meskipun internet telah menjadi semakin mudah diakses, masih ada sejumlah besar anak-anak yang tidak memiliki akses yang stabil atau terjangkau ke perangkat yang diperlukan untuk memanfaatkan perpustakaan digital secara penuh.
Ini menunjukkan bahwa upaya untuk mendorong literasi melalui perpustakaan digital harus diiringi dengan langkah-langkah untuk memastikan akses yang merata bagi semua anak.
Selain itu, penting untuk diingat bahwa perpustakaan digital tidak boleh menggantikan peran perpustakaan tradisional. Meskipun teknologi memberikan kemudahan dan fleksibilitas, kita perlu mempertahankan ruang fisik di perpustakaan tradisional sebagai tempat untuk interaksi sosial, kolaborasi, dan pembelajaran bersama.